A. Pengertian Tindakan dan Interaksi Sosial
Tindakan
adalah perbuatan atau sesuatu yang dilakukan. Tindakan social merupakan
suatu upaya terorganisasi untuk mengubah lembaga social. Tindakan
subversif adalah usaha terorganisasi yang bertujuan menumbangkan
pemerintah yang sah melalui kekerasan atau mengganti pemerintah itu
dengan cara-cara yang ditandai oleh penggelapan, kebohongan dan gangguan
keamanan. Bertindak, berbuat, melakukan tindakan sama artinya dengan
"aksi".
Tindakan
adalah proses perbuatan dan cara menindak. Aksi adalah suatu gerakan,
tindakan, atau sikap. Aksi militer merupakan tindakan militer terhadap
pihak lain. Aksi polisional adalah gerakan yang bermaksud memulihkan
keamanan (istilah ini dipakai pada saat Belanda menyerang Indonesia
untuk mendapatkan kembali jajahannya).
Di
dalam kamus sosiologi, Prof Soerjono Soekanto memberi pengertian
interaksi (interaction) sebagai: hubungan timbal balik antar pihak
tertentu. Sedangkan kata social (sosial) ialah: berkenaan dengan pelaku
inter-personal atau berkaitan dengan proses social.
Jadi
interaksi social adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara
orang-perorangan (inter-personal), antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang-orang secara perorangan dengan kelompok.
Dengan
kata lain, interaksi social mengandung pengertian sebagai proses dimana
orang-orang yang berkomunikasi saling mempengaruhi baik pada segi
perasaan, pikiran maupun tindakan. Interaksi social adalah salah satu
hal yang sangat pokok di dalam kehidupan, sebab ia merupakan dasar bagi
semua aktivitas dan dinamika kehidupan soaial.
Kapan suatu hubungan bisa disebut sebagai interaksi social?
Interaksi
soaial dimulai ketika ada dua orang bertemu dan kemudian saling
menegur, berjabat tangan dan kemudian berbicara panjang lebar bahkan
mungkin berkelahi. Interaksi social juga terjadi ketika seorang protocol
dalam sebuah acara memberikan salam kepada segenap hadirin, juga
terjadi ketika seseorang moderator dalam sebuah diskusi mempersilahkan
seseorang pembicara membacakan makalahnya.
Interaksi
social tidak terjadi ketika ada kerumunan orang, walau saling bertatap
muka tetapi tidak saling menegur, tidak ada pengertian bersma tentang
sesuatu hal, tidak saling berbicara atau tidak saling memberikan
tanda-tanda (isyarat komunikasi).
Bagaimana
halnya dengan interaksi antara kelompok dengan keompok yang lain?
Sebagai contoh pada suatu hari sekolah anda mengadakan pertandingan
persahabatan olah raga dengan sekolah lain, maka ketika klub lawan
diterima kedatangannya di aula atau lapangan, dengan diadakan perkenalan
atau sambutan antara masing-masing klub, maka interaksi social sedang
berlangsung.
Bagaimana
pula halnya dengan interaksi individu dengan kelompok? Suatu contoh
lainnya adalah dalam hal seorang guru menghadapi murid-muridnya yang
merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas. Didalam interaksi
social tersebut, pada taraf pertama akan tampak bahwa guru mencoba untuk
menguasai kelasnya, agar supaya interaksi social berlangsung dengan
seimbang dimana terjadi saling mempengaruhi antara kedua belah pihak.
B. Syarat
Dalam buku Sosiologi suatu Pengantar karya Prof. Soerjono Soekanto disebutkan da dua syarat terjadinya interaksi social.
1. Adanya Kontak Sosial
Kata
kontak berasal dari bahasa latin Con atau Cun yang berarti bersama-sama
dan Tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kata kontak
berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi
apabila hubungan badaniah, atau kontak secara langsung. Tetapi pada
zaman sekarang ini kontak tidak harus langsung sebab dapat saja memakai
alat bantu komunikasi, misalnya dengan pesawat telepon, handphone,
radio, handy talky, intercom, internet dan lain-lain.
2. Adanya Komunikasi
Setelah
terjadi kontak maka untuk terjadi interaksi social harus terjadi pula
komunikasi. Komunikasi mengandung pesan (message) yaitu suatu yang ingin
disampaikan. Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain, bisa berwujud pembicaraan gerak gerik
badaniah atau sikap, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh
orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dalam
komunikasi kemungkinan terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Misalnya snyum dapat ditafsirkan sebagai suatu
keramah-tamahan, sikap bersahabat atau sikap sinis dan sikap ingin
menunjukkan suatu kemenangan, untuk tidak menimbulkan kesalah pahaman
maka dalam berkomunikasi antara pembicara, gerak-gerik badan atau sikap
harus sesuai.
C. Tingkat Hubungan Dalam Interaksi Sosial
Yang
dimaksud tingkat hubungan adalah sejauh mana jalinan interaksi social
yang dilakukan antara orang-perorangan, perorangan dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok dapat berlangsung. Tingkat hubungan suatu
interaksi social dapat berlangsung dalam dua tingkat:
1. Tingkat hubungan yang dangkal
Tingkat
hubungan interaksi yang dangkal berlangsung hanya pada saat-saat
tertentu, tidak berkesinambungan dan tidak menimbulkan kekerapan
jalinan, sebagai contoh: Hubungan antara penjual dan pembeli di pasar,
hubungan antara penumpang dengan kondektur pada angkutan umum seperti
Bus, Angkota, Taxi dll.
2. Tingkat hubungan yang dalam
Tingkat
hubungan interaksi yang bersifat dalam berlangsung terus menerus dalam
waktu yang tidak terbatas, berkesinambungan dan ada kekerapan jalinan.
Sebagai contoh: hubungan antara orang tua dengan anak, hubungan guru
dengan murid-muridnya, hubungan antra Kyai dengan para santrinya dll.
D. Bentuk-bentuk Interaksi social
Gillin dan Gillin menggolongkan bentuk-bentuk interaksi social menjadi:
1. Proses asosiatif (Process of association) yang terbagi menjadi tiga bentuk khusus lagi yaitu:
• Akomodasi (accommodation)
• Asimilasi (assimilation)
• Akulturasi (acculturation)
2. Proses yang disosiatif (Process of dissociation) yang mencaku[
• Persaingan (competition)
• Pertentangan (conflict)
Sedangkan Kimbale Young menggolongkan bentuk-bentuk interaksi social menjadi:
a. Oposisi (Oposition) yang mencakup persaingan dan pertentangan atau pertikaian
b. Kerja sama (co-operation) yang menghasilkan akomodasi
c.
Differentiation, yaitu proses dimana orang-perorangan did lam
masyarakat memperoleh hak dan kewajiban-kewajibanyang berbeda dengan
orang lain dalam masyarakat, misalnya atas dasar perbedaan usia, seks
dan pekerjaan. Differensiation tersebut menghasilkan suatu sistem yang
berlapis-lapis di dalam masyarakat.
Pola-pola interaksi social yang terjadi di dalam masyarakat bisa berupa:
a. Kerjasama (Cooperation)
Makhluk
social sudah jelas mengisyaratkan bahwa mereka saling berkawan, bekerja
sama, bergotong royong untuk hidup bersama pula. Betapa penting arti
kerja sama bagi kehidupan manusia karena menyadari bahwa setiap manusia
memiliki cukup pengetahuan dan control untuk memenuhi kebutuhannya
melalui kerjasama dan gotong royong adalah salah satu bentuk kerjasama
tersebut.
Bentuk
kerjasama dalam kehidupan sehari-hari sangat beraneka ragam, ada kerja
sama untuk kepentingan umum dan ada kerja sama untuk kepentingan
terbatas. Kerja sama bukan menyangkut antar orang-perorangan, tetapi
juga antar lembaga yang satu dengan lainnya.
b. Akomodasi (Accomodation)
Menurut
Kimbale Young, akomodasi memiliki dua arti. Pertama, menunjuk pada
suatu keadaan yang berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
proses social. Norma dan nilai social dihayati masyarakat secara
tertib. Kedua, menunjuk pada suatu proses, yaitu suatu usaha dimana
manusia bekerja sama mencapai suatu kestabilan (keseimbangan). Untuk
akomodasi sebagai suatu proses dapat dilihat beberapa bentuknya,
diantaranya:
1)
Koersi: bentuk akomodasi yang dilaksanakan dengan paksa, keadaan ini
menggambarkan bahwa di satu pihak berada pada posisi yang kuat dan pihak
lain berada pada posisi lemah.
2)
Kompromi: bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak yang bersangkutan
mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian atas perselisihan
yang ada.
3) Arbitrasi: Munculnya pihak ketiga yang berperan sebagai penengah dalam suatu perselisihan.
4) Mediasi: Munculnya pihak ketiga dalam suatu perselisihan, tetapi pihak ketiga ini hanya sebagai penasehat saja.
5) Konsiliasi: Mempertemukan pihak-pihak yang berselisih, dimana mereka ini memiliki tujuan yang sama.
6)
Toleransi: Suatu bentuk akomodasi dimana satu pihak menerima pihak lain
tanpa ada persetujuan forma, bahkan kadang penerimaan itu dilakukan
secara tidak sadar.
7)
Stalemate: suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang berselisih
memiliki kekuatan seimbang. Karena itu konflik yang terjadi terhenti
karena masing-masing sudah kehabisan tenaga atau jalan.
8) Ajudikasi: yaitu suatu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
c. Asimilasi (Assimilation)
Yaitu
proses social dimana msing-masing pihak dalam menjalin interaksi akan
menghilangkan batas-batas antar kelompok. Batas-batas keduanya akan
hilang dan keduanya lebur menjadi satu kelompok. Prof. Koentjaraningrat
menyebutkan beberapa syarat terjadinya asimilasi diantaranya:
1) Adanya kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
2) Anggota kelompok bergaul secara intensif dengan anggota kelompok lain dan dalam jangka waktu yang lama
3)
Sebagai akibat dari pergaulan yang alama dan intensif itu maka
kebudayaan dari masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan
diri.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi diantaranya adalah:
1) Adanya toleransi
2) Adanya sikap menghargai orang dan kebudayaan orang lain
3) Adanya persamaan unsure-unsur masing-masing kebudayaan
4) Adanya sikap terbuka dari golongan yang dominan atau berkuasa dalam masyarakat
5) Asimilasi bisa terjadi secara lancer melalui perkawinan
d. Persaingan
Persaingan
dapat diartikan sebagai suatu proses social dimana orang-perorangan
atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa terjadi pusat perhatian
public ataupun mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan
kekerasan atau ancaman. Dilihat dari pihak yang terlibat, maka
persaingan bisa bersifat personal atau impersonal. Persaingan personal
adalah persaingan antara orang-perorangan, misalnya antara Pak Harto
dengan Pak Karno dalam berdagang. Sedangkan persainagn impersonal ialah
persaingan yang terjadi antara lembaga dengan lembaga yang lain,
misalnya antara perusahaan mobil Toyota dengan perusahaan mobil
Mercedes.
Persaingan tersebut dapat terjadi dalam bidang:
1) Ekonomi
2) Kebudayaan
3) Kedudukan dan jabatan
4) Perbedaan ras
Sebenarnya
persaingan sebagai bentuk interaksi social lebih banyak memiliki fungsi
positiff disbanding negatifnya. Fungsi tersebut diantaranya adalah:
1) Sebagai media penyaluran keinginan mencapai prestasi
2) Sebagai media untuk mengadakan seleksi sosial
3) Sebagai media pengendalian dinamika kehidupan masyarakat
4) Bisa mendorong tumbuhnya kemajuan did lam masyarakat
e. Pertentangan atau Pertikaian
Pertentangan
adalah suatu proses social dimana orang-perorangan atau kelompok
manusia berusaha memenuhi keinginan/tujuan dengan jalan menentang pihak
lawan melalui ancaman atau kekerasan.
Fungsi konflik
Konflik
tidak layak jika dilihat sebagai hal yang negative saja. Seorang
sosiolog harus berani mengatakan bahwa sebenarnya konflik juga memiliki
fungsi positif, seperti Lewis A. Coser, menyebutkan fungsi konflik
sebagai berikut:
1) Mempertinggi integritas kelompok
Maksud pernyataan ini adalah jika ada dua kelompok terlibat konflik, maka masing-
masing kelompok akan terdorong menigkatkan persatuan dan kesatuan diantara para
anggotanya.
Kesatuan dan persatuan in-group ini dimaksudkan untuk menghadapi kelompok lain.
2) Lahirnya lembaga-lembaga pengaman
Lahirnya
lembaga pengaman disini adalah munculnya pihak kedtiga yang bertugas
mengendalikan konflik yang terjadi didalam masyarakat sehinggga konflik
tidak sungguh-sungguh bersifat destruktif, menghancurkan. Lembaga
pengaman ini juga bisa disebut penengah dapat pula disebut katup
pengaman atau katup penyelamat (Safety valve). Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) ialah katup pengaman bagi konflik yang terjadi
dimasa Perang Dunia ke-2.
3) Tanda adanya dinamika masyarakat
Banyak
para ahli sosiologi berpendapat bahwa hanya dengan adanya konflik
itulah masyarakat dapat mencapai kemajuan. Sementara itu tidak adanya
konflik di dalam masyarakat belum tentu berarti bahw masyarakat itu
berada dalam ketentraman, kestabilan, dan keharmonisan.
f. Contravertion
Contavertion
pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara
persaingan dan pertentangan. Contravertion ditandai oleh gejala-gejala
adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan
perasaan tidak suka yang disembunyikan berupa kebencian atau
keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.
Proses contavertion menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker mencakup lima subproses, yaitu:
1)
Proses yang umum, meliputi perbuatan-perbuatan seperti, penolakan,
keengganan, per- lawanan, protes, gangguan-gangguan atau mengacaukan
pihak lawan.
2) Proses yang sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum, memaki-maki, memfitnah, mencerca.
3) Proses yang intensif, menckup penghasutan, penyebaran desas-desus, mengecewakan pihak lain dan sebagainya.
4) Bersifat rahasia, misalnya mengejutkan pihak lawan, perbuatan khianat.
5) Bersifat taktis, misalnya mengejutkan pihak lawan, seperti dalam pemilu.
Contravertion
apabila dibandingkan dengan persaingan dan pertentangan atau
pertikaian, sifatnya agak tertutup atau bersifat rahasia. Perang dingin
(cold war), misalnya merupakan entuk konravertion, karena tujuannya
untuk membuat lawan tidak tenang, diliputi oleh perasaan curiga dan
penuh rahsia. Dalam hal ini lawan tidak diserangsecara fisik, akan
tetapi secara Psikologis. Karena itu hal ini sering disebut Psykologi
Warfare atau perang urat syaraf.
E. Faktor-faktor Interaksi
Menurut
para ahli psikologi, interaksi social terbentuk oleh beberapa factor,
antara lain factor: imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Tokoh-tokoh psikologi yang menggunakan istilah-istilah tersebut
diataranya adalah Gabriel Tarde dan Sigmund Frued.
1. Imitasi
Istilah
ini pertama kali ditemukan Gabriel Tarde, psikolog dari Perancis,
mendasarkan analisanya mengenai interaksi social berangkat dari proses
imitasi. Seluruh proses pergaulan antar manusia, menurut Tarde
didasarkan proses imitasi itu. Segala yang ada dalam masyarakatkita
sebenarnya merupakan hasil peniruan secara berantai dari orang yang satu
ke orang yang lain, peniruan merupakan cara belajar tentang segala
sesuatu dengan cara mengikuti contoh atau teladan orang lain. Menurut
Tarde, segalanya bisa dan merupakan sebab dan hasil dari imitasi.
Pendapat Tarde yang demikian ini kemudian dikritik oleh Dr. A.M.J.
Chorus yang mengatakan bahwa imitasi hanya akan terjadi bila ada
persyaratan khusus sebagai berikut:
1)
Hal-hal yang diimitasi harus menubuhkan minat perhatian orang lain
terlebih dahulu supaya dapat ditiru, tanpa minat perhatian lebih dahulu
maka imitasi tidak akan terjadi.
2) Harus ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang mau diimitasi.
3) Harus ada taraf pengertian yang cukup pada orang-orang terhadap hal-hal yang mau diimitasi.
Memang
dalam hal sosialisasi nilai, imitasi merupakan factor yang penting,
karena dalam sosialisasi peranan imitasi ini menjadi sangat penting guna
melakukan apa yang disebut internalisasi nilai oleh seorang individu.
2. Sugesti
Dr.
Gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial (1972) mendefinisikan sugesti
sebagai proses dimana seorang individu menerima cara penglihatan atau
pedoman tingkah laku dari orang tanpakritik terlebih dahulu. Proses
sugesti adalah proses mempengaruhi orang lain. Berdasarkan banyak
penelitian psikologi,mereka yang harga dirinya rendah, akan lebih mudah
disugesti, sebaliknya yang memiliki harga diri tinggi dan merasa
superior, akan sulit disugesti, justru sebaliknya ia akan mudah
mensugesti orang lain.
Sugersti terjadi karena beberapa hal jika dilihat dari penyebabnya:
a.
Sugesti karena hambatan berfikir, yaitu orang yang mendrita lelah
pikiran, sedang menanggung beban emosional tertentu, akan mudah kena
sugesti.
b.
Sugesti karena disosiasi: dalam psikologi istilah disosiasi sebagai
keadaan pikiran yang terpecah belah. Orang yang dibebabi dengan berbagai
macam beban pemikiran akan menderita tekanan batin. Dalam keadaan
demikian orang akan mudah disugesti orang lain.
c.
Sugesti karena otoritas: sugesti demikian bisa berlangsung karena yang
melakukan sugesti memiliki otoritas tertentu. Otoritas bisa berupa
sebagai power, kekuasaan atau wewenang. Orang yang mempunyai kekuasaan
akan mudah melakukan sugesti, misalnya ia adalah seorang pemilik power
seperti pimpinan, ulama, pastor, pendeta dan lain-lain.
d.
Sugesti karena mayoritas: Orang akan cenderung menerima atau kena
sugesti jika orang itu berada di tengah massa. Kalau massa mengatakan
'A', maka seorang individu akan cenderung mengikuti massa itu. Seseorang
individual akan menerima sesuatu pendapat jika suatu pendapat tersebut
disokong oleh mayorotas (massa).
e.
Sugesti Will to believe: Seseorang yang mudah percaya lebih dahulu,
bahwa apa yang disugestikan iitu baik dan bermanfaat bagi dirinya, maka
seseorang itu seolah-olah sudah menyediakan dirinya untuk disugesti,
karena ia percaya dan yakin segala sesuatunya itu.
3. Identifikasi
Identifikasi
adalah proses untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Istilah
ini berkembang karena digunakan oleh Sigmund Frued untuk menjelaskan
bagaimana seseorang anak menjadi dewasa. Seorang akan mengidentifikasi
dirinya pda orang tuanya dan mengoper norma-norma orang tua (orang
dewasa) menjadi normanya sendiri. Norma inilah oleh Frued disebut Super
Ego.
Jadi
dalam proses identifikasi ini seluruh sistem norma, cirri-ciri,
sikap-sikap, tingkah laku orang tuanya sedapat-daptnya dijadikan norma,
cita-cita dirinya sendiri. Anak ingin menjadi seprti ibu atau bapaknya,
contoh lain, anak-anak muda dewasa ini ingin menjadikan dirinya seperti
biduan Michael Jackson, bukan hanya sekedar meniru gaya pakaiannya,
rambutnya atau perilakunya, akan tetapi bahkan kepribadiannya. Seolah
anak itu ingin menjadi Michael Jackson itu sendiri.
4. Simpati
Simpati
ialah tertariknya seorang individu terhadap orang lain. Simpati memang
lebih didasarkan pada pengertian bersama, misalnya jika ada orang yang
ditinggal pergi meninggal ibunya, kita bisa ikut merasakan rasa
kesedihannya. Pernyataan bela sungkawa ketika ada orang meninggal ialah
wujud dari simpati. Simpati akan membawa sikap senasib dan didalamnya
mengandung mutual understanding yang mendalam sehingga orang memilki
ikatan emosional tertentu dan kemudian mendorong terciptanya kerjasama
dalam proses interaksi social tersebut.